Aneka Tanaman Penghasil Minyak Atsiri dan Perkembangannya di Pasar Dunia | Metrotani
Berita Terkini
Loading...

Monday, August 21, 2017

Aneka Tanaman Penghasil Minyak Atsiri dan Perkembangannya di Pasar Dunia


Minyak  atsiri  sebenarnya  minyak  yang  diproses  dari  berbagai  bagian tanaman seperti daun, bunga, biji, buah, batang, akar, atau rimpang. Ia  bersifat  mudah  menguap  pada  suhu  kamar  tanpa  mengalami dekomposisi, beraroma wangi, rasa getir, dan larut dalam pelarut organik. 

Di dunia, pasar  minyak  atsiri  terbagi  2  segmen.  Pertama,  permintaan  pasar  yang  stabil  lantaran  pertumbuhan  penduduk  relatif  rendah.  Contoh, pasar Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Kedua, pasar yang terus tumbuh karena  perbaikan  ekonomi  dan  standar  kehidupan  yang  progresif.  Negara-negara  di  Eropa  Timur  dan  negara-negara  berkembang  contoh  pasar  yang terus tumbuh.

Potensi  konsumsi  jangka  panjang  di  pasar  yang  sedang  tumbuh  secara keseluruhan akan melebihi tingkat konsumsi negara-negara industri. Dengan demikian prospek minyak asiri relatif bagus. Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi  penyuling  Indonesia  diekspor  dengan  pangsa  pasar  untuk: nilam 64%,  kenanga  67%,  akar  wangi  26%,  serahwangi  26%,  pala  72%,  cengkih 63%, jahe 0,4%, dan lada 0,9% dari ekspor dunia.

Negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat 23%, Inggris 19%, Singapura 18%, India 8%, Spanyol 8%, Perancis 6%, China 3%, Swiss 3%, Jepang 2% dan  negara-negara  lain  8%.  Meskipun  Indonesia  terkenal  sebagai  pemasok minyak asiri dunia, tetapi kenyataannya ada sejumlah minyak asiri yang juga diimpor, padahal minyak asiri impor itu dapat diproduksi di sini. Contoh, antara lain mentol Mentha arvensis, minyak anis Clausena anisata, geranium, jeruk,
dan citronella.


Memang   tidak   dipungkiri   beberapa   sentra   penyulingan   minyak   asiri sudah   mulai   terbentuk   jelas.   Sebut   saja   nilam.   Setidaknya   tercatat 6  provinsi  menjadi  pusat  penanaman  dan  produksi  minyak  yang  banyak digunakan  sebagai  pengikat  itu.  Sejumlah  daerah  baru  juga  menjadi  sentra budidaya  sekaligus  pengolahan,  seperti  Kuningan,  Majalengka,  dan  Ciamis. Di daerah-daerah itu para pekebun tak kesulitan melempar hasil panennya ke penyuling.

Dalam skala dunia, industri minyak atsiri saat ini berpusat di Asia. Eksportir terbesar  minyak  nilam  adalah  Indonesia;  minyak  mint,  India.  China  merajai ekspor minyak mawar yang dulu dikuasai Bulgaria dan Turki. Pergeseran itu lantaran  ongkos  tenaga  kerja  di  Asia  relatif  murah.  Bagaimana  pun  industri minyak asiri tetap padat karya.

Di  samping  jenis-jenis  lama,  kini  terkuak  potensi  sejumlah  minyak  atsiri baru.  Di  beberapa  daerah  misalnya,  muncul  para  penyuling  yang  mengolah beragam  komoditas  “baru”  seperti  bunga  mawar,  daun  sirih,  jahe,  lajagua, kulit  batang  kayumanis,  dan  jeruk  purut.  Komoditas-komoditas  itu  memang sudah  lama  tumbuh  di  Indonesia,  tetapi  baru  belakangan  ini  para  produsen menyuling.  Pemanfaatannya  semula  hanya  pelengkap  masakan,  minuman, atau sekedar pembersih mulut. Namun, ketika disuling menjadi minyak atsiri, komoditas-komoditas baru itu berpotensi besar.



Jenis-jenis anyar itu berpeluang dikembangkan karena tren masyarakat kembali ke alam. Tradisi   masyarakat   yang   sebenarnya   telah   lama memanfaatkan beberapa bahan minyak   atsiri   baru   lantaran berkhasiat obat. Sirih,contohnya, berkhasiat sebagai antiseptik;   jahe,   antihipertensi. Selain itu beberapa minyak baru itu mempunyai aroma yang khas, berbeda dengan minyak asiri pendahulunya.

Karena  itulah  beberapa  produsen  dan  eksportir  minyak  asiri  di  Jakarta  kini  mulai membidik  minyak  asiri  yang  tak  banyak  dilirik produsen  lain.  Pasokan  minyak  yang  masih  minim membuat  posisi  tawar  produsen  di  pasaran  cukup 
kuat.

Salah satu contoh ialah minyak kayumanis. Margin atsiri ini luar biasa besar. Contoh lain minyak hasil sulingan rimpang jahe, Zingiber officinale. Margin tinggi tersebut lantaran tingkat kesulitan membuatnya relatif lebih tinggi daripada minyak asiri lain. Selain ketersediaannya  juga  dipengaruhi  oleh  ketersediaan  bahan  baku.

Langkah    produsen    mencari minyak    atsiri    baru    sebuah tindakan  yang  sangat  tepat berdasarkan  pengalaman  lapangan. Mengembangkan  minyak  asiri  dengan  hanya  memperluas  areal penanaman  agar  produksi  meningkat,  bukanlah  langkah  tepat. Sebab, saat pasokan bahan baku berlebih, maka harga minyak atsiri pun  akan  turun.  Yang  paling  memungkinkan  ialah  memunculkan diversifikasi  produk  berupa  minyak  asiri  baru,  sehingga  semakin 
banyak keanekaragaman minyak asiri yang tersedia.

Para   eksportir   minyak   atsiri   umumnya   mengkombinasikan pasokan   dari   penyuling   dan   membuat   sendiri   minyak   asiri sebagai   usaha   memenuhi   permintaan   ekspor.   Minyak   nilam yang  sudah  banyak  diusahakan  penyuling,  umumnya diperoleh  dari  pemasok.  Kesulitan  besar  muncul saat   ada   permintaan   untuk   memasok,   misalnya, minyak   mawar,   melati,   jahe,   jeruk   purut,   atau kemiri. 

Padahal,  permintaan  minyak-minyak  non-umum  itu  sangat  terbatas. Misalkan  saja  melati.  Yang  dibutuhkan  hanya  1  kg;  minyak  asiri  jeruk, 5  kg;  atau  minyak  jahe,  300  kg.    Dari  segi  volume,  permintaannya  memang  sedikit.   Namun,   tidak   demikian   dari   segi   omzet   lantaran   minyak   atsiri   “langka”berharga  tinggi.  Pemasarannya  pun  tidak  hanya  di  dalam  negeri,  tetapi harus berbagi dengan pesanan ekspor dari mancanegara.

google+

linkedin

About Author
  • metrotani.blog Read More

    0 comments:

    POST A COMMENT

     

    Gallery

    Tentang Metrotani Blog

    Metrotani Blog berdiri sejak 22 Agustus 2017, merupakan sebuah portal pertanian, peternakan dan perikanan sebagai sumber informasi dan pengembangan usaha dan bisnis.

    Hubungi Kami

    metrotani.info@gmail.com
    https://metrotani.blogspot.co.id/